Kalau kamu pernah kepikiran untuk membuat aplikasi sendiri tapi mentok karena tidak jago coding, saya punya kabar baik: baru-baru ini, Google meluncurkan sesuatu yang namanya Google Opal.
Opal adalah sebuah platform eksperimental yang memungkinkan kamu membuat mini-app berbasis AI hanya dengan bahasa natural alias bahasa sehari-hari. Ya, semacam main game simulator bikin aplikasi, tapi ini beneran.
Saya sendiri cukup senang melihat perkembangan tools AI yang semakin user-friendly. Google Opal hadir sebagai jawaban buat mereka yang pengen ekspresikan ide tanpa harus belajar pemrograman dulu. Jadi apakah tool ini worth it? Mari kita ulik lebih dalam.
Apa Itu Google Opal?

Singkatnya, Google Opal adalah platform mini-app builder yang memanfaatkan AI untuk membantu kamu membuat aplikasi sederhana tanpa menulis satu baris kode pun. Platform ini masih dalam tahap beta dan baru tersedia untuk pengguna di AS, tapi pengguna di Indonesia masih bisa mengaksesnya lewat VPN yang berlokasi di AS.
Bayangkan saja, dengan Opal, kamu hanya perlu mengetikkan apa yang kamu mau: misalnya, “Buatin aplikasi yang bisa mengubah ringkasan video YouTube jadi rangkuman belajar” – lalu Google Opal akan secara otomatis menyusun workflow-nya dalam bentuk diagram visual. Keren kan?
Baca Juga: OpenAI Rilis GPT-5, Ini 5 Kelebihannya
Fitur-Fitur Utama Google Opal
Nggak cuma omon-omon, Google Opal punya beberapa fitur yang bikin saya sendiri antusias mencobanya:
1. Dukungan Bahasa Natural
Ini mungkin fitur paling kerennya. Kamu tidak perlu pakai bahasa teknis atau sintaks pemrograman. Cukup ketik seperti lagi chat sama temen, misalnya, “Tambahkan langkah buat generate gambar di akhir,” dan Opal akan menyesuaikan workflow-nya.

2. Editor Visual Drag-and-Drop
Kamu tidak perlu membayangkan coding yang ruwet. Opal menyediakan antarmuka visual yang intuitif. Cukup drag, drop, edit prompt, dan aplikasi mini kamu sudah siap. Kalau mau nambah langkah, tinggal ketik perintah baru, dan sistem yang akan menerjemahkannya ke dalam alur kerja.

3. Galeri Template
Buat kamu yang masih bingung mau bikin apa, Opal punya koleksi template siap pakai. Ada yang untuk nulis blog, riset produk, hingga generate ide konten media sosial. Kamu bisa pakai langsung atau modifikasi sesuka hati.

4. Integrasi dengan Gemini AI
Di balik layar, Opal memanfaatkan model AI canggih Google seperti Gemini. Jadi hasil generate-nya dijamin cukup bagus dan relevan dengan konteks yang kamu mau.
5. Fitur Berbagi yang Simpel
Jadi aplikasi, terus mau dibagikan? Gampang. Opal menyediakan tautan yang bisa dikirim ke siapa aja. Yang perlu dilakukan penerima cuma login pakai akun Google, dan mereka sudah bisa mencoba aplikasi buatan mu.
Siapa yang Cocok Pakai Google Opal?
Tidak hanya untuk developer saja, Opal justru ditujukan untuk lebih banyak kalangan:
- Non-teknis users: Pelajar, content creator, atau UMKM yang pengen otomasi tugas tanpa belajar coding.
- Developer yang pengen prototipe cepat: Daripada coding manual, lebih baik bikin draft lewat Opal dalam hitungan menit.
- Edukator dan innovator: Buat yang suka eksperimen dengan ide-ide segar dan pengimplementasiannya yang instan.
Cara Pakai Google Opal
Catatan: untuk pengguna di Indonesia, aktifkan VPN US dulu untuk mengaksesnya.
- Buka opal.withgoogle.com dan login dengan akun Google.
- Jelaskan aplikasi yang kamu mau dalam bahasa natural.
- Opal akan generate workflow visualnya, lalu cek dan sesuaikan jika perlu.
- Tes aplikasinya, modifikasi lagi kalau kurang pas.
- Bagikan link-nya ke orang lain.
Gampang ya? Mirip lagi ngobrol sama asisten AI yang paham betul keinginanmu.
Bagaimana Opal Dibandingkan dengan Tools Lain?
Sekarang, mari kita bandingkan sebentar dengan tools serupa yang sudah ada:
- VS Glide: Glide fokus pada pembuatan app dari data spreadsheet. Opal lebih fleksibel karena berbasis prompt dan bahasa natural.
- VS Zapier AI: Zapier lebih ke automasi tugas antar aplikasi. Opal lebih ke pembuatan aplikasi standalone.
- VS Replit Ghostwriter: Replit untuk yang mau coding dengan bantuan AI. Opal nggak perlu coding sama sekali.
Memang keunikan Opal ada pada kemudahan membuat alur kerja AI tanpa basis data atau integrasi yang kompleks.
Kekurangan
Tentu saja sebagai platform yang masih dalam tahap beta, Opal masih punya beberapa keterbatasan. Untuk sekarang, cuma bisa diakses di Amerika Serikat (tapi bisa kita akali dengan VPN US). Selain itu karena masih eksperimental, mungkin masih ada bug atau fitur yang belum sempurna.
Tapi secara konsep, saya lihat Opal punya potensi besar. Apalagi kalau nanti sudah terintegrasi dengan layanan Google lainnya seperti Workspace atau Android Studio.
Akhir Kata
Google Opal bukan sekadar eksperimen biasa. Ini adalah bentuk komitmen Google untuk membuat kreasi AI jadi lebih mudah diakses khalayak awam. Dengan Opal, siapa pun bisa menjadi app developer.
Bagaimana menurutmu? Tertarik untuk cobain Google Opal juga?