Kalau kalian penggemar teknologi, pasti nggak asing dengan nama Grok AI. Chatbot besutan Elon Musk ini sempat jadi buah bibir sejak diluncurkan tahun 2023. Tapi tahukah kalian bahwa sebelum jadi “Grok”, proyek ini awalnya bernama TruthGPT?
Dari konsep AI pencari kebenaran hingga jadi chatbot dengan sense of humor ala The Hitchhiker’s Guide to the Galaxy, perjalanan Grok AI penuh dengan inovasi, kontroversi, dan tentu saja… drama.
Mari kita telusuri evolusinya bareng-bareng.
Dari TruthGPT ke Grok: Visi Awal yang Ambisius

Elon Musk nggak pernah setengah-setengah dalam berambisi. Tahun 2023, ia mendirikan xAI dengan misi menciptakan AI yang “aman dan bermanfaat”. Grok AI—yang awalnya dikodekan sebagai TruthGPT—didesain untuk mencari “kebenaran maksimal”, beda dari chatbot lain yang dianggap Musk terlalu woke atau bias.
Tapi, TruthGPT ternyata terlalu serius. Pas rilis perdana November 2023, nama itu diubah jadi Grok, terinspirasi novel sci-fi Stranger in a Strange Land. Kata “grok” sendiri artinya memahami sesuatu secara mendalam.
Sesuai namanya, Musk ingin chatbot ini nggak cuma jawab pertanyaan, tapi juga ngerti konteks dan punya selera humor.
Grok-1 sampai Grok-3: Lompatan Kemampuan yang Gila-Gilaan

Sejak rilis, Grok AI sudah melalui beberapa upgrade. Saya sendiri sempat mencoba versi beta-nya, dan nggak nyangka perkembangannya secepat ini:
- Grok-1 (November 2023): Versi perdana dengan 314 miliar parameter. Meski open source, kemampuan dasarnya masih kalah dari ChatGPT.
- Grok-1.5 (Mei 2024): Bisa ngolah konteks lebih panjang (128.000 token!). Cocok buat analisis dokumen tebal.
- Grok-3 (Februari 2025): Ini nih yang bikin gempar! Dengan daya komputasi 10x lipat dari versi sebelumnya, Grok-3 disebut sanggup ngalahin GPT-4o dalam matematika dan sains. Contohnya, nilai ujian AIME 2025 bisa tembus 93,3%!
Tapi jangan senang dulu. Menurut pengguna di X (dulu Twitter), Grok-3 masih ketinggalan soal coding dan antarmuka dibanding kompetitor. Ada yang bilang, “Grok itu kayak anak jenius tapi ceroboh—jawabannya bener, tapi caranya suka ngeselin.”
Fitur Keren yang Bikin Grok AI Unik

Selain ngobrol, Grok AI punya beberapa fitur yang layak dicoba:
- Mode “Big Brain”: Aktifin ini, dan Grok bakal mikir lebih dalam sebelum jawab. Cocok buat pertanyaan sains atau matematika.
- Pembuatan Gambar Pakai Aurora (Desember 2024): Model ini bisa gambar apa aja, dari diagram ilmiah sampai meme kocak.
- DeepSearch (Februari 2025): Kalau Google cuma nyemplung di permukaan, DeepSearch nyelam ke dasar laut data.
Saya pribadi suka fitur analisis PDF-nya. Tinggal upload file, Grok langsung bisa rangkum, kasih poin-poin penting, bahkan jawab pertanyaan spesifik. Tapi hati-hati, akurasi ringkasan beritanya kadang dipertanyakan. Contohnya, waktu kasus serangan Iran April 2024, Grok sempat salah sebut tanggal. Oops!
Kontroversi: Dari Bias Politik sampai Privasi Data
Nggak lengkap cerita tentang Grok AI tanpa bahas kontroversinya. Di awal rilis, banyak pengguna protes karena chatbot ini dianggap bias politik. Mode “fun”-nya sempat menghasilkan jawaban pro-libertarian atau kiri.
Ada yang nge-tweet, “Grok kayak gabungan Bernie Sanders dan Elon Musk—nggak jelas juntrungnya!”
xAI akhirnya ngacak-ngacak sistem prompt-nya di Desember 2024. Tapi masalah nggak berhenti di situ. Masalah privasi data juga jadi sorotan. Grok AI menyimpan riwayat obrolan selama 30 hari, dan data ini bisa dipakai buat latihan model kecuali kalian matiin opsi itu.
Creepy? Mungkin. Tapi setidaknya lebih transparan ketimbang beberapa platform AI lain.
Grok AI vs GPT-4o: Siapa yang Lebih Jago?
ni pertanyaan favorit netizen. Dari segi kecepatan, Grok-3 mini disebut lebih responsif. Tapi soal coding, GPT-4o masih juara. Ada pengguna yang bandingin: “Grok bisa ngerjain soal kalkulus integral cuma 5 detik, tapi pas disuruh bikin script Python, hasilnya error mulu.”
Tapi jangan salah, Grok AI punya keunikan sendiri: sense of humor-nya. Coba tanyain, “Kenapa ayam nyebrang jalan?” Jawabannya bisa ngaco kayak, “Karena dia mau escape dari algoritma DeepSearch!” LOL.
Akhir Kata
Grok AI adalah bukti bahwa inovasi teknologi nggak pernah berjalan lurus. Dari TruthGPT yang kaku sampai Grok-3 yang multi talenta, perjalanan chatbot ini layak kita apresiasi—meski kadang bikin geleng-geleng kepala.
Demikian review saya mengenai Grok AI, semoga menambah wawasan mu.