Serabi Tekno

Serba-serbi Teknologi

IPv4 vs IPv6: Pengertian, Sejarah dan Apa Saja Bedanya?

IPv4 dan IPv6

Kalau kalian sedang baca artikel ini, pasti kalian terhubung ke internet via Wi-Fi atau data seluler. Tapi pernah nggak sih kepikiran, gimana cara alamat IP seperti 192.168.0.1 atau deretan kode heksadesimal bikin kalian bisa streaming YouTube atau main TikTok? Nah, di balik layar, ada dua “jagoan” yang bertanggung jawab: IPv4 dan IPv6.

Saya sendiri dulu mikir, “Ngapain ribet belajar IP? Yang penting internetan lancar!“. Tapi setelah tahu bahwa IPv4 hampir “punah” dan IPv6 jadi solusi masa depan, saya langsung penasaran.

Di artikel ini, saya akan bahas tuntas perbedaan IPv4 dan IPv6, plus kenapa kalian perlu paham kedua protokol ini. Langsung aja simak:

Sejarah Singkat IPv4 dan IPv6

Sejarah Singkat IPv4 dan IPv6

IPv4 (Internet Protocol version 4) itu kayak kakek buyutnya internet. Lahir tahun 1983, protokol ini pakai alamat 32-bit yang bisa nyediain sekitar 4,3 miliar alamat unik.

Dulu, jumlah itu dianggap lebih dari cukup. Tapi siapa sangka, tahun 2011, blok alamat IPv4 publik habis dibagi-bagi ke seluruh dunia.

Bayangin, 4,3 miliar alamat itu harus dipakai 8 miliar manusia plus miliaran perangkat IoT (kamera, smart TV, sensor).

Nggak heran, akhirnya muncul teknik seperti NAT (Network Address Translation) biar satu alamat publik bisa dipakai banyak perangkat sekaligus. Tapi solusi ini bikin jaringan jadi ribet dan kurang efisien.

Nah, di sinilah IPv6 muncul sebagai “penyelamat”. Dirancang sejak 1995, IPv6 pakai alamat 128-bit yang jumlahnya mencapai 3,4×10³⁸, setara dengan 340 triliun triliun triliun alamat.

Kalau diumpamakan, tiap manusia di Bumi bisa punya miliaran alamat IPv6 sendiri tanpa perlu khawatir kehabisan.

Mengenal IPv4

Apa itu IPv4

Meski sering dibilang “kuno”, IPv4 masih jadi tulang punggung internet hari ini. Ini dia fitur utamanya:

1. Format Alamat Simpel

IPv4 ditulis pakai format dotted-decimal, contohnya 192.168.1.1. Setiap angka (0–255) mewakili 8 bit (oktet), total 32 bit. Gampang diingat, kan?

2. NAT

Karena alamat publik terbatas, NAT memungkinkan satu alamat IP publik dipakai banyak perangkat di jaringan lokal. Misalnya, router rumah kalian punya IP publik seperti 103.10.23.45, tapi di dalamnya ada HP, laptop, dan PC yang pakai alamat privat (192.168.x.x).

3. DHCP

Tanpa DHCP, admin jaringan harus setel alamat IP manual ke tiap perangkat. Ribet banget!

Tapi IPv4 Punya Masalah Serius:

  • Alamat hampir habis: ISP sekarang pakai CGNAT (Carrier-Grade NAT) buat “memperpanjang umur” IPv4.
  • Header kompleks: Paket IPv4 punya header 20–60 byte dengan opsi variabel, bikin router kerja lebih berat.
  • Keamanan minim: IPsec (enkripsi data) cuma opsional.

IPv6: Protokol Masa Depan yang Bikin Internet Lebih “Gila”

IPv6

IPv6 nggak cuma soal alamat lebih banyak. Desainnya bikin internet lebih cepat, aman, dan efisien. Ini keunggulannya:

1. Alamat Sebanyak Bintang di Galaksi

IPv6 ditulis dalam format heksadesimal, contoh: 2001:0db8:85a3::8a2e:0370:7334. Ada 8 grup, masing-masing 16 bit. Kalau ada grup yang isinya nol, bisa disingkat pakai “::“.

2. Header Sederhana

Header IPv6 cuma 40 byte (fixed), tanpa checksum atau opsi. Semua fitur tambahan (seperti routing atau fragmentasi) dipindah ke extension headers. Hasilnya? Router lebih cepat proses paket!

3. Auto Setting tanpa Ribet

Pakai SLAAC (Stateless Address Autoconfiguration), perangkat bisa bikin alamat IPv6 sendiri dari prefix yang dikasih router. Nggak perlu DHCP!

4. Security Built-in

IPsec awalnya wajib di IPv6, meski sekarang jadi rekomendasi. Tapi setidaknya, enkripsi data lebih mudah diterapkan.

Baca Juga: Komputasi Cloud – Pengertian, Cara Kerja, Manfaat dan Jenisnya

Perbedaan IPv4 vs IPv6 yang Wajib Kalian Tahu

Agar nggak penasaran, ini tabel perbandingan singkatnya:

AspekIPv4IPv6
Panjang Alamat32-bit (4,3 miliar alamat)128-bit (3,4 × 1038 alamat)
FormatDotted-decimal (192.168.1.1)Heksadesimal (2001:db8::1)
FragmentasiBisa dilakukan router dan hostHanya host yang boleh fragmentasi
KeamananIPsec opsionalIPsec direkomendasikan
QoSPakai bidang ToS/DSCPAda flow label untuk prioritas
AutokonfigurasiButuh DHCPBisa SLAAC atau DHCPv6

Tapi keunggulan IPv6 bukan cuma di tabel di atas. Contohnya, IPv6 menghilangkan kebutuhan NAT. Setiap perangkat bisa punya alamat publik unik, bikin aplikasi P2P (seperti game online atau video call) lebih stabil.

Transisi IPv4 ke IPv6

Karena IPv4 dan IPv6 nggak kompatibel satu sama lain, dunia perlu strategi transisi. Ini tiga metode yang sering dipakai:

1. Dual Stack: Jalan Aman tapi Boros

Perangkat menjalankan IPv4 dan IPv6 secara bersamaan. Misalnya, smartphone kalian bisa akses YouTube via IPv6 sambil tetap terhubung ke situs lama pakai IPv4. Tapi, metode ini makan lebih banyak memori dan bandwidth.

2. Tunneling: Bungkus IPv6 di Dalam IPv4

Teknik ini mengirim paket IPv6 melalui jaringan IPv4. Contoh populer adalah 6to4 dan Teredo. Cocok buat jaringan yang belum support IPv6.

3. Translation: Jembatan Antara Dua Dunia

Pakai NAT64/DNS64 untuk terjemahkan alamat IPv6 ke IPv4. Misalnya, kalau kalian pakai IPv6 tapi mau akses website IPv4, sistem otomatis bikin terjemahan di belakang layar.

IPv6 Sudah Dipakai di Mana Saja?

IPv6

Menurut data Google, sekitar 45% pengguna global sudah bisa akses IPv6. Negara seperti Prancis (76%) dan India (74%) termasuk yang paling agresif migrasi. Sementara di Indonesia, ISP besar seperti Telkomsel dan IndiHome sudah mulai support IPv6, meski mayoritas website lokal masih IPv4.

Kok bisa beda-beda?

  • Biaya: Migrasi ke IPv6 butuh upgrade hardware dan pelatihan SDM.
  • Kebutuhan: ISP dengan pelanggan banyak lebih urgent pindah ke IPv6.
  • Kesadaran: Banyak pemilik website belum paham manfaat IPv6.

Baca Juga: Ini 5 Pilihan Dongle WiFi Terbaik di 2025, Paling Rekomended!

Kenapa Kalian Perlu Peduli Sama IPv4 dan IPv6?

Sebagai pengguna biasa, mungkin kalian ngerasa, “Ah, yang penting internetan lancar!”. Tapi buat yang kerja di IT atau pengen jadi admin jaringan, ini beberapa alasan wajib belajar IPv4 dan IPv6:

  1. IPv6 itu Lebih Cepat: Header sederhana bikin latency rendah, cocok buat gaming dan 4K streaming.
  2. Skalabilitas: IoT dan smart city butuh jutaan alamat—IPv6 jawabannya.
  3. Peluang Karir: Sertifikasi Cisco (CCNA/CCNP) sekarang banyak soal IPv6.

Kesimpulan

IPv4 dan IPv6 adalah dua sisi koin yang bikin internet tetap berjalan. Meski IPv4 masih dominan, keterbatasan alamat dan kebutuhan keamanan bakal memaksa kita semua pindah ke IPv6.

Buat kalian yang penasaran, coba cek apakah perangkat kalian sudah support IPv6. Caranya gampang: buka situs test-ipv6.com.

Kalau hasilnya hijau, selamat! Kalian sudah siap menyambut internet masa depan.

Nah gimana? Udah nggak bingung lagi kan bedain IPv4 dan IPv6? Kalau ada pertanyaan, langsung saja tulis di komentar.