Serabi Tekno

Serba-serbi Teknologi

AI Recall di Windows 11: Fitur Canggih atau Celah Bagi Hacker?

AI Recall di Windows 11: Fitur Canggih atau Pintu Masuk Bagi Hacker?

Microsoft belum lama ini menghadirkan fitur AI Recall untuk PC Copilot Plus yang katanya bisa bikin produktivitas melejit. Tapi di balik kecanggihannya, fitur ini malah jadi buah simalakama.

Gimana nggak? AI Recall dikabarkan bisa mengambil tangkapan layar setiap beberapa detik tanpa peduli kalian lagi buka apa. Mau tau detailnya? Mari kita bahas kontroversi fitur AI Recall yang bikin gelisah banyak pakar cyber security.

Apa Itu AI Recall dan Kenapa Bikin Heboh?

AI Recall di Windows 11 PC Copilot Plus

AI Recall adalah fitur anyar Microsoft yang tertanam di Windows 11 untuk PC Copilot Plus. Secara sederhana, fitur ini bekerja seperti “dokumenter pribadi” yang merekam semua aktivitas kalian di layar—setiap beberapa detik, AI akan mengambil screenshot, lalu menyimpannya dalam database yang bisa dicari.

Misalnya, kalian lupa alamat situs web yang dibuka kemarin? Tinggal ketik kata kunci di Copilot, dan AI Recall akan mencarikan tangkapan layarnya.

Keren sih, tapi… bayangin kalau fitur ini ngerekam kalian lagi masukin password, transfer bank, atau chat rahasia. Nah, di sinilah masalah mulai mengemuka.

Banyak pakar keamanan khawatir data sensitif ini bisa bocor atau disalahgunakan, apalagi jika perangkat kalian kena hack. Saya pribadi juga merinding membayangkan screen recording terus-menerus tanpa kontrol yang jelas.

Kontroversi Privasi yang Menuai Kritikan Banyak Pakar Keamanan

Microsoft Recall

Sejak diumumkan Mei 2024, AI Recall langsung jadi bulan-bulanan kritik. Kevin Beaumont, peneliti keamanan, bilang fitur ini bisa jadi senjata empuk buat malware. Soalnya, database AI Recall menyimpan semua riwayat aktivitas dalam bentuk yang mudah diakses.

Malwarebytes bahkan sempat menyebut AI Recall sebagai “keylogger bawaan” lewat postingan X mereka, walaupun postingan itu kini sudah dihapus.

ICO Inggris, lembaga pengawas data, juga ikut angkat suara. Menurut BBC, mereka sampai buka penyelidikan karena khawatir AI Recall melanggar prinsip privasi GDPR.

Bayangin aja: tiap detik, layar kalian di-screenshot, lalu disimpan—meski lokal dan dienkripsi. Tapi, kalau perangkat kalian jatuh ke tangan hacker, apa jadinya?

Upaya Microsoft Menenangkan Pengguna

Microsoft nggak tinggal diam. Mereka beberapa kali menunda peluncuran AI Recall (November 2024) buat memperbaiki sistem. Beberapa perubahan yang dilakukan:

  1. Penyimpanan lokal: Data screenshot nggak dikirim ke cloud, tapi disimpan di perangkat kalian.
  2. Jeda rekaman: Kalian bisa pause AI Recall kapan saja.
  3. Opt-in: Fitur ini nggak aktif otomatis—kalian harus nyalain manual.
  4. Enkripsi ketat: Database Recall hanya bisa diakses pakai Windows Hello (wajah atau sidik jari).
Akses ke Recall dikunci dengan Windows Hello

Tapi apakah ini cukup? Menurut The Hacker News, enkripsi “just-in-time” yang dipakai Microsoft memang mempersulit akses ilegal. Tapi, kalau perangkat sudah kena hack, ya… tetep aja risiko kebocoran data ada.

Analisis: Seimbang Antara Manfaat dan Risiko?

Sebagai pengguna, saya ngerti banget manfaat AI Recall. Bayangin kalian lagi ngerjain proyek ribet, lalu bisa rewind aktivitas layar buat nyari dokumen yang hilang.

Fitur ini juga berguna buat yang suka lupa URL atau lupa nama file. Tapi, apakah ini worth it dengan risiko privasi yang mungkin terjadi?

Perbandingan sama Apple dan Google menarik. Apple selalu pamer fitur privasi kayak App Tracking Transparency, sementara Google sering dikecam karena koleksi data.

Microsoft di sini kayak mau ambil jalan tengah: ngasih fitur canggih, tapi privasi agak “longgar” di awal. Untungnya, mereka cepat berbenah.

Tapi, buat kalian yang kerja di bidang sensitif (contoh: perbankan atau kesehatan), Recall tetep bikin waswas. DPR AS aja sampai larang stafnya pakai Copilot karena takut kebocoran data lho.

Peluncuran AI Recall di Pasaran

Di April 2025, Microsoft akhirnya luncurkan Recall dalam mode preview buat pengguna Windows Insider. Fitur ini jadi opt-in, dan Uni Eropa bahkan nunda sampe akhir 2025 karena GDPR. Artinya, Microsoft sadar betapa ketatnya regulasi privasi di sana.

Menurut Digital Trends, antusiasme pengguna biasa cukup tinggi, tapi respons perusahaan agak dingin. Banyak yang masih ragu buat aktifin AI Recall, apalagi setelah baca analisis risiko dari pakar keamanan.

Jadi, AI Recall Ancaman atau Inovasi?

Nah, balik ke pertanyaan awal: AI Recall itu ancaman atau inovasi? Jawabannya: tergantung kalian!

  • Kalau kalian peduli privasi: Mending jangan aktifin dulu. Tunggu sampe Microsoft bikin proteksi lebih ketat, atau ada jaminan regulasi.
  • Kalian pecinta fitur canggih: Recall bisa jadi alat produktivitas yang game-changer, asal paham risikonya.

Microsoft sendiri udah berusaha mengurangi kekhawatiran dengan enkripsi dan opsi opt-in. Tapi, di dunia yang makin rentan serangan cyber, nggak ada sistem yang 100% aman.

Baca Juga: Ini 5 Tools AI untuk Membuat PPT, Bikin Presentasi Jadi Gampang!

Penutup: Privasi vs Fungsi, Mana yang Kalian Pilih?

Sebagai penutup, menurut saya Recall itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, fitur ini revolusioner buat produktivitas. Di sisi lain, potensi kebocoran data bikin ngeri.

Microsoft udah berusaha memperbaiki, tapi keputusan akhir ada di tangan kalian: mau hidup lebih praktis dengan risiko, atau tetap “aman” tanpa fitur ini?

Yang jelas, selalu aktifin fitur keamanan dua lapis (2FA), update sistem berkala, dan jangan simpan data sensitif sembarangan di perangkat!

Jadi gimana? Kalian tertarik nyobain fitur Recall di Windows 11 atau nggak? Share pendapat kalian di komen ya.