Review TP-Link CPE510 Outdoor

Sebagai pemain lama di dunia jaringan, TP-Link sudah tak perlu diragukan lagi dalam menghadirkan perangkat-perangkat yang berkualitas namun tetap terjangkau. Salah satu produk andalannya untuk segmen outdoor dan jarak jauh adalah TP-Link CPE510 Outdoor.

Dari pada narik kabel fiber sejauh 5 km yang ribet dan mahal, kenapa nggak coba solusi wireless yang lebih simpel? TP-Link CPE510 Outdoor hadir sebagai solusi untuk masalah seperti ini.

Dan buat kalian penasaran seperti apa kemampuannya, lanjut simak review nya di bawah ini.

Apa Itu TP-Link CPE510?

TP-Link CPE510

TP-Link CPE510 Outdoor pada dasarnya adalah perangkat CPE (Customer Premises Equipment) yang beroperasi khusus di pita frekuensi 5 GHz (5,15–5,85 GHz).

Pilihan frekuensi ini membuatnya punya keunggulan besar: minim interferensi.

Di tengah padatnya jaringan Wi-Fi 2,4 GHz di sekitar kita, dari router rumah sampai gadget, perangkat ini ibarat menemukan jalur bebas hambatan di tengah kemacetan. Ia didesain untuk tugas-tugas berat di luar ruangan, mulai dari menghubungkan dua gedung, memancarkan Wi-Fi di area parkir stadion, hingga menjadi penerima sinyal dari ISP nirkabel.

Dibekali dengan antena directional MIMO 2×2 ber-gain 13 dBi yang dual-polarized, sinyal yang dipancarkannya sangat terfokus seperti senter yang menyorot lurus ke satu titik.

Inilah mengapa TP-Link CPE510 bisa mengangkut data hingga jarak yang fantastis, diklaim sampai 15 km dalam kondisi line-of-sight (LOS) atau tanpa penghalang sama sekali. Tentu saja dalam praktik real nya, angka ini bisa berkurang tergantung lingkungan, tapi tetap saja ini angka yang impressive untuk harganya.

Klaim nya bisa sampai 15KM

Spesifikasi Gahar di Balik Bodinya yang Keras

Bongkar daleman TP-Link CPE510 Outdoor

Mari kita bedah sedikit apa yang ada di dalamnya. Otaknya menggunakan prosesor Qualcomm Atheros berkecepatan 560 MHz, didukung memori RAM 64 MB dan flash 8 MB.

Konfigurasi ini mungkin terdengar sederhana dibandingkan router indoor gaming, tapi untuk perangkat dedicated bridge seperti ini, itu sudah lebih dari cukup untuk menangani traffic data dengan stabil.

Daya pancarnya juga bisa dibilang mantab, bisa disetel dari 0 hingga 23 dBm (atau 200 mW). Jadi kamu bisa menyesuaikan kekuatan sinyal sesuai kebutuhan, tidak selalu harus full power.

Yang paling krusial, perangkat ini menggunakan catu daya melalui PoE (Power over Ethernet) pasif 24V. Adaptornya sudah disertakan dalam paket penjualan, jadi kamu tinggal pasang saja.

Port Ethernet-nya satu, dengan kecepatan 10/100 Mbps. Ya ini mungkin salah satu batasannya, karena belum Gigabit. Tapi untuk kebanyakan penggunaan seperti koneksi internet antar gedung atau streaming CCTV, kecepatan 100 Mbps masih sangat cukup.

Port ethernet

Dan jangan khawatir dengan hujan atau panas terik, karena casingnya sudah bersertifikasi IPX5 yang tahan terhadap semprotan air dari segala arah. Dia juga dibekali proteksi petir yang decent (15 kV ESD & 6 kV lightning) dan bisa beroperasi di suku yang ekstrem, dari -40°C sampai 70°C.

Mode Operasi dan Fitur: Fleksibel untuk Berbagai Skenario

Inilah yang membuat TP-Link CPE510 Outdoor sangat serbaguna. Dia tidak terkunci pada satu mode saja. Kamu bisa mengaturnya melalui antarmuka web yang user-friendly untuk beroperasi dalam berbagai mode:

  • Access Point (AP): Untuk memancarkan sinyal Wi-Fi dari jaringan kabelmu ke area luar.
  • Client Mode: Untuk menerima sinyal Wi-Fi dari AP lain (misalnya dari menara WISP) dan mengubahnya menjadi koneksi kabel di lokasimu.
  • Bridge (PtP): Mode point-to-point untuk menghubungkan dua lokasi secara dedicated.
  • Repeater: Untuk memperkuat dan memperluas jangkauan sinyal Wi-Fi yang sudah ada.
  • AP Router & Client Router (WISP): Mode yang lebih canggih untuk menangani distribusi alamat IP.

Fitur profesionalnya juga oke banget. Dia dilengkapi dengan teknologi Pharos MAXtream TDMA yang berfungsi mengoptimalkan throughput dan mengurangi latency di jaringan yang padat perangkat, cocok untuk area yang banyak client.

MAXtream TDMA
Perbandingan performa throughput antara mode standar 802.11 CSMA dengan TP-Link MAXtream TDMA. Terlihat bahwa seiring bertambahnya jumlah klien, throughput 802.11 CSMA turun drastis, sedangkan MAXtream TDMA mampu menjaga stabilitas throughput hampir mendekati 100%.

Fitur beamforming-nya juga membantu memfokuskan sinyal ke perangkat client, sehingga koneksi lebih stabil. Untuk keamanan, sudah support WPA/WPA2, dan untuk manajemen jaringan yang lebih besar, bisa dikendalikan secara terpusat dengan sistem Pharos Control.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Access Point Outdoor Terbaik di 2025

Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:

  • Harga Murah: Ini nilai jual utamanya. Dibandingkan pesaing seperti Ubiquiti, harganya bisa terbilang lebih murah. Saya cek di toko ijo berkisar antara Rp 600-700 ribuan.
  • Minim Interferensi: Berkat frekuensi 5 GHz, performanya sangat solid di lingkungan yang ramai sinyal 2,4 GHz.
  • Tahan Banting: Desain outdoor yang benar-benar siap menghadapi cuaca buruk.
  • Jangkauan Luar Biasa: Untuk jarak 5-10 km, perangkat ini adalah pilihan yang sangat bisa diandalkan.
  • Konfigurasi Mudah: Antarmuka web-nya jelas dan mudah dipahami, bahkan untuk yang bukan networking expert.

Kekurangan:

  • Port Ethernet 100 Mbps: Di era Gigabit, ini terasa ketinggalan. Membatasi throughput maksimal kamu di sekitar ~95 Mbps.
  • Wi-Fi 4 (802.11n): Belum support standar Wi-Fi 5 (ac) atau Wi-Fi 6 (ax) yang lebih efisien dan cepat.
  • Beamwidth Sempit: Pola sinyalnya yang terfokus berarti pemasangan harus sangat presisi. Jika tidak sejajar, sinyal bisa drop.
  • Penetrasi yang Kurang: Gelombang 5 GHz memang payah saat menembus dinding atau pohon yang rimbun. Jadi pastikan benar-benar line-of-sight.

Siapa yang Cocok Pakai CPE510?

Perangkat ini sangat ideal untuk:

  • Pemilik Bisnis Kecil: yang ingin menghubungkan kantor utama dengan gudang atau cabang yang tidak terlalu jauh.
  • Pengelola Area Publik: yang ingin memberikan Wi-Fi di taman, area parkir, atau lapangan dengan cakupan luas.
  • Pemasang CCTV: yang perlu menghubungkan kamera IP di lokasi terpencil ke jaringan NVR tanpa menarik kabel yang ribet.
  • Pengguna Rumahan yang Kreatif: yang punya kebutuhan khusus, seperti menerima sinyal dari tetangga atau memantau rumah lewat kamera di gerbang.

Baca Juga: 5 Tools Heatmap WiFi Terbaik untuk Optimasi Access Point

Perbandingan Singkat: CPE510 vs Pesaingnya

Di kelasnya, TP-Link CPE510 Outdoor sering dibandingkan dengan Ubiquiti NanoStation M5 dan MikroTik LHG 5. NanoStation M5 unggul dengan dual-band (bisa 2.4 atau 5 GHz) dan gain antena sedikit lebih tinggi (~16 dBi), tapi harganya bisa mencapai Rp 1,3 jutaan.

Sementara MikroTik LHG 5 punya antena ber-gain sangat tinggi (24,5 dBi) untuk jangkauan yang lebih jauh, namun kurang fleksibel dan konfigurasinya lebih rumit bagi pemula.

Singkatnya, jika budget terbatas dan butuh solusi 5 GHz yang plug and play untuk jarak menengah, CPE510 adalah pilihan terbaik. Jika butuh fitur lebih atau jangkauan ekstrem, naik ke Ubiquiti atau MikroTik adalah opsi yang layak.

Kesimpulan

TP-Link CPE510 Outdoor adalah bukti bahwa produk yang hebat tidak harus mahal. Dia melakukan tugasnya dengan sangat baik sebagai penghubung jarak jauh yang stabil dan tangguh.

Keterbatasan yang ada, seperti port 100 Mbps dan standar Wi-Fi 4, adalah kompromi yang wajar untuk segmen harganya. Jika kebutuhan kamu adalah membuat koneksi point-to-point yang reliable tapi tidak mau yang mahal-mahal, maka perangkat ini adalah jawaban yang sulit untuk ditolak.